Perbaikan Penjadwalan Produksi Di PT. X.

PT. "X" adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan obat (farmasi). Perusahaan ini merupakan perusahaan yang beroperasi dengan sistem job order di mana perusahaan ini membuat produk sesuai dengan pesanan konsumen tetapi pada dasarnya proses produksinya sama yaitu menurut pola aliran flow shop. Selama ini perusahaan belum memiliki system penjadwalan produksi yang sistematis dan baku sehingga perusahaan menjadwalkan order yang diterima berdasarkan First Come First Serve serta berdasarkan pengalaman saja. Akibatnya sering terdapat order yang terlambat pengirimannya dari due date yang telah ditetapkan. Hal ini tentunya dapat mempengaruhi kepercayaan konsumen. Oleh karena itu ketepatan waktu penyelesaian order harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh perusahaan karena menyangkut kepercayaan konsumen. Penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan data sistem produksi berupa urutan proses produksi, jumlah dan jenis mesin yang digunakan, waktu proses untuk tiap produk serta lama proses di tiap mesin. Melalui penelitian ini penulis berusaha untuk memberikan alternatif penjadwalan yang lain, yang dapat meminimumkan keterlambatan order yang terjadi. Rancangan algoritma pengurutan dan penjadwalan produksi usulan dibuat dengan menggunakan gabungan dari beberapa aturan yaitu aturan Earliest Due Date (EDD) dan Shortest Processing Time (SPT), dimana penjadwalan usulan ini tidak akan merubah urutan pekerjaan yang sebelumnya telah dijadwalkan bila ada order susulan yang masuk. Selain itu pada rancangan usulan ini juga dilakukan perhitungan jumlah unit perpindahan awal untuk dapat memulai proses pengemasan primer dan proses pengemasan sekunder sehingga tidak terjadi idle pada proses pengemasan primer dan proses pengemasan sekunder sehingga operator dapat bekerja secara kontinyu. Dengan adanya perhitungan jumlah unit perpindahan awal ini, operator tersebut dapat dialokasikan untuk tugas lainnya pacta saat sedang menganggur. Untuk mengevaluasi rancangan algoritma penjadwalan usulan maka digunakan studi kasus dengan mengambil data order pacta bulan Mei 2000 yang akan diproduksi pacta bulan Juni 2000 sebagai pembanding. Berdasarkan hasil penjadwalan dengan metode usulan, maka didapatkan: penurunan mean tardiness dari 1,92 hari menjadi 1,5 hari atau mengalami penurunan sebesar 21,88 %, penurunan jumlah hari keterlambatan dari sebesar 23 hari menjadi sebesar 18 hari atau mengalami penurunan sebesar 21,74 %, penurunan jumlah job yang terlambat dari sebesar 6 job menjadi sebesar 4 job atau mengalami penurunan sebesar 33,33 %. Selain itu makespan dari seluruh job dengan metode perusahaan awal adalah sebesar 258 jam 55 menit dan makespan dari seluruh job dengan metode usulan adalah sebesar 258 jam 49 menit. Karena pada metode usulan hanya dapat mengurangi makespan dari seluruh job sebesar 6 menit saja maka diusulkan adanya perbaikan metode kerja pada proses pengemasan sekunder. Dengan menggunakan metode usulan yang disertai perbaikan metode kerja di proses pengemasan sekunder, maka didapatkan penurunan mean tardiness dari 1,92 hari menjadi 1,42 hari atau mengalami penurunan sebesar 26,04 %, penurunan jumlah hari keterlambatan dari sebesar 23 hari menjadi sebesar 17 hari atau mengalami penurunan sebesar 26,09 %, penurunan jumlah job yang terlambat dari sebesar 6 job menjadi sebesar 4 job atau mengalami penurunan sebesar 33,33 % serta dapat menurunkan makespan dari seluruh job dari sebesar 259 jam 55 menit menjadi 251 jam 43 menit, selisih 7 jam 12 menit atau mengalami penurunan sebanyak 2,78 %