Identitas jender pada fujoshi

Fujoshi merupakan kata yang digunakan untuk menyebut perempuan dengan kegemaran kisah romantisme antarlelaki. Masuknya budaya anime dari Jepang secara tidak langsung telah mengenalkan Indonesia pada jenre yaoi, yaitu jenre percintaan romantis antarlelaki. Eksistensi fujoshi umumnya dianggap sebagai suatu hal yang menyimpang karena adanya perbedaan nilai. Fujoshi yang menyukai yaoi ditolak oleh masyarakat karena eksistensi mereka disamakan dengan LGBT yang masih belum bisa diterima oleh masyarakat. Kondisi ini mendesak fujoshi untuk menyembunyikan identitas dirinya dari masyarakat publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif-induktif dengan metode penelitian fenomenologi. Informan penelitian dalam penelitian ini merupakan fujoshi yang berada pada usia dewasa awal dan telah beraktivitas sebagai fujoshi selama setidaknya satu tahun. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan melalui proses wawancara dan observasi terhadap dua informan penelitian. Melalui teori manajemen kesan, penelitian ini berusaha menggali mengenai identitas jender pada fujoshi sehubungan dengan identitas mereka sebagai perempuan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk dapat diterima dan berfungsi di masyarakat, fujoshi menciptakan dua wajah identitas. Dua wajah ini yang terdiri dari identitas fujoshi dan identitas sebagai perempuan hadir beriringan dan dipengaruhi oleh lingkungan tempat fujoshi tinggal. Dapat disimpulkan bahwa identitas yang muncul dari informan sebagai fujoshi maupun individu dipengaruhi oleh tuntutan sosial masyarakat, yang mempengaruhi bagaimana seorang fujoshi dapat berperilaku agar dapat berkontribusi secara penuh terhadap lingkungan sosialnya