Pelaksanaan bimbingan agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah santri di Pondok Pesantren Qosim al Hadi Mijen Semarang

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui: (1) pelaksanaan bimbingan agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah santri di pondok pesantren Qosim Al Hadi Mijen Semarang. (2) Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan agama Islam di pondok pesantren Qosim Al Hadi Mijen Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini ada dua sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan datanya yaitu menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan analisis data yang digunakan mengikuti model Miles dan Huberman, yang terbagi dalam beberapa tahap, yaitu: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah (1) pelaksanaan bimbingan agama Islam di pondok pesantren Qosim Al Hadi Mijen Semarang merupakan salah satu upaya membentuk akhlakul karimah santri. Proses bimbingan yang dilakukan melalui beberapa bentuk kegiatan bimbingan keagamaan melalui kajian kitab kuning (salaf), ceramah, shalat berjama’ah, dan istighosah (dzikir). Pembimbing di pondok pesantren Qosim Al Hadi yaitu pengasuh beserta ustadz/ustadzah. Santri yang mengikuti program kegiatan bimbingan berjumlah 115, yang terdiri dari santri Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah dan Tahfidz. Materi yang di berikan kepada santri meliputi meteri akidah, syariah, dan akhlak. Metode bimbingan yang digunakan ada dua cara yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung yang diberikan pembimbing yaitu metode mau’idẓah ḥasanah (nasehat) dan metode uswatun hasanah (keteladanan). Sedangkan metode tidak langsung yang diberikan pembimbing kepada santri yaitu pemberlakuan tata tertib dan takzir (sanksi). (2) Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan agama Islam di pondok pesantren Qosim Al Hadi Mijen Semarang. Pertama, Faktor Pendukung: adanya koordinasi yang baik antara santri dan kyai sehingga membuat pelaksanaan bimbingan berjalan dengan lancar; pengajar (pembimbing) yang cukup memadai secara kualitas, dan sudah mengembangkan ilmunya di berbagai perguruan tinggi dan pondok pesantren; adanya asrama, masjid, dan madrasah untuk santri dengan berbagai fasilitas di dalamnya; letak asrama santri yang dalam satu lingkungan membuat pengasuh, ustadz/ustadzah sehingga mudah untuk membimbing dan mengawasi Santri; dukungan dari masyarakat sekitar yaitu dengan mengikut sertakan putra-putrinya untuk mengaji dan sekolah di pondok pesantren. Kedua, Faktor Penghambat: Ada beberapa santri yang kurang serius saat proses pelaksanaan bimbingan; seringnya santri meminta ijin pulang ke rumah sehingga tidak maksimalnya dalam membimbing dan mengawasinya; kurangnya dukungan dan motivasi dari keluarga untuk mengarahkan putra-putrinya untuk melakukan kebaikan, sehingga menyerahkan sepenuhnya hanya kepada lembaga,; lingkungan dan kondisi masyarakat yang masih jauh dari norma agama sehingga mempengaruhi perilaku dan akhlak santri