Peranan Asbab al Wurud dalam pemaknaan hadis tentang mu'amalah dan 'ibidah: telaah hadis kelurusan saff shalat berjamaah da pemakmuran tanahyang tidak berkepemilikan

Hadis, sebagai sumber syari'at kedua setelah Al-Quran mempunyai otoritas menent ukan aturan syari'at Islam yang harus ditaati oleh setiap kaum muslim. Namun, persentuhan Nabi Muhammad SAW dengan masyarakat secara langsung dengan kesukuan masyarakat tertentu serta hidup dalam waktu yang terbatas disinyalir hanya berlaku khusus saja. Maka dari itu, implikasi pengambilan hukum dari sebuah hadis memerlukan pendekatan-pendekatan yang intensif untuk mendapat kan makna substantif. Ketundukan umat Islam terhadap hadis direalisasikan dalam setiap gerak kehidupannya, baik secara prilaku, ucapan dan lain sebagainya. Mereka mengamalkan setiap perintah dan meniru apapun yang telah dikerjakan oleh Nabi. Namun, umat Islam mempunyai pandangan yang tidak sama dalam memahami hadis tersebut. Sebagian memahami apa adanya (tersurat) dari redaksi sebuah hadis atau bisa disebut dengan tekst ualis, sedangkan yang lain memahami hadis secara tersirat atau biasa disebut dengan kontekstualis. Kedua pemahaman tersebut tentu mempunyai implikasi perbedaan hukum yang sangat signifikan, hingga akhirnya dirasa perlu unt uk mendekati hadis secara teliti untuk menentukannya sebagai dalil hukum. Fakta ini yang mendorong penulis melakukan penelitian untuk mengetahui hadis yang harus dipahami melalui pendekatan tekstual atau kontekstual, juga untuk menemukan jawaban apakah hadis bisa diaplikan pada setiap ruang dan waktu. Penelitian ini bersifat penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan metode penyajian secara deskriptif dan analitis. Sesuai dengan tujuan tersebut, data primer yang digunakan berasal dari karya lbnu Hamzah dan al-Suyuti tentang hadis-hadis yang ada asbab al-wurud-nya, sedangkan data skunder berasal dari buku-buku yang ditulis orang lain tentang hal-hal yang relevan dengan penelitian ini. Analisis dilakukan dengan mengunakan metode content analisis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa harus ada pembedaan cara memahami sebuah hadis. Kita harus melakukan pemilahan bidang ('ibidah, mu'amalah) untuk menentukan apakah sebuah hadis akan dipahami secara tekst ual atau kontekstual. Dalam masalah 'ibidah ditunt ut unt uk memahaminya secara tekstual karena Nabi dalam hal ini berkapasitas sebagai seorang Rasul Allah, sedangkan permasalahan mu'amalah lebih dengan pemahaman kontekstual karena kapasitas Nabi tidak selalu sebagai Rasul Allah. Kesimpulan tersebut dibuktikan dengan dua contoh hadis tentang barisan (saff) shalat berjamaah dan menghidupkan tanah tidak bert uan