Prsawya

Upacara keagamaan Agama Hindu di Bali dibagi sesuai dengan tingkatan dan fungsinya masing- masing yaituDewa Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya, Bhuta Yadnya, dan Manusa Yadnya.Upacara Pitra Yadnya seperti Ngaben yang dilaksanakan pada saat seseorang telah meninggal, sering kali menjadi inspirasi dari setiap bidang seni, khususnya seni karawitan. Hal ini dikarenakan upacara Ngaben memiliki dimensi yang sangat kompleks dimana dapat melibatkan berbagai aktivitas atau cabang seni seperti seni rupa, seni musik, seni resitasi, dan seni tari.Adapun ide ini penata dapatkan setelah mengikuti prosesi upacara Ngaben yang begitu hikmatnya yang dilakukan oleh keluarga penata pada tahun 2015, berbagai prosesi dilaksanakan dan material yang di bawa begitu menakjubkan sepertibadedan lembuyang begitu megahnya sebagai sarana upacara Ngaben yang digunakan oleh keluarga penata.Prosesi Ngaben tersebut memberikan inpirasi artistik kepada penata untuk menggarap komposisi karawitan yang berjudul PRASWYA. Komposisi Karawitan PRASWYA merupakan sebuah garapan tabuh kreasi Angklung yang diwujudkan dengan konsep prosesi yang terjadi pada saat upacara Ngaben. Komposisi karawitan PRASWYA ini menggunakan media ungkap barungan gamelan Angklung dengan beberapan instrumen tambahan seperti Angklung Bambu, Ceng-ceng Kopyak, serta sepasang Kendang Gupekan dan Jedugan.Struktur garapan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu kawitan, pengawak, dan pengecet dengan beberapa transisi yang menghubungkan disetiap bagian-bagian garapan dimana disetiap bagian mempunyai karakter musikal yang berbeda-beda sesuai dengan suasana yang ingin diungkapkan.Komposisi karawitan PRASWYA ini merupakan sebuah garapan kreasi baru yang ditata dan dikembangkan sedemikian rupa dan masih berpijak pada pola tradisi pada gamelan Angklung. Dalam penataan garapan karawitan ini menekankan pada musik sebagai karawitan instrumental. Kata Kunci : Ngaben, Komposisi Kerawitan, PRASWY