Ungkapan Tanda Lintas Budaya Timur Dan Barat Pada Arsitektur Dan Interior Bangunan Taman Ujung Bali

Indonesia telah meyerap berbagai kebudayaan sejak zaman purba, sehingga kebudayaan lokalnya kaya dengan bahasa tanda. Akan tetapi, tanda pada kebudayaan tradisional di Indonesia lebih banyak bersifat simbolik. Yang menarik, ditemukan tanda lintas budaya Timur dan Barat di daerah Bali, pada desain Taman Sukasada, di Banjar Ujung, Desa Tumbu, Kecamatan/Kabupaten Karangasem. Taman yang dikenal dengan nama Taman Ujung ini, merupakan peninggalan Kerajaan Karangasem. Penelitian ini secara khusus dilakukan untuk mengkaji ungkapan tanda pada arsitektur dan desain interior bangunan di Taman Ujung. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika, yang berkaitan dengan ilmu tanda. Tanda-tanda tersebut dapat dilihat pada wujud desain, kualitas material, dan ragam hias bangunannya. Adanya paviliun di tengah kolam, menyebabkan Taman Ujung menjadi berbeda dengan taman tradisional Bali pada umumnya. Paviliun yang disebut Gili, menjadi tanda adanya pengaruh arsitektur modern Barat. Penggunaan konstruksi beton dan ragam hias beton cetak, merupakan ungkapan tanda adanya adaptasi (hibrid) teknologi beton pada arsitektur tradisional Bali. Adanya ragam hias karang bentala dan singa dengan mahkota, merupakan ungkapan tanda diplomasi kebudayaan antara Kerajaan Karangasem dengan Kerajaan Belanda di Eropa pada masa kolonial. Secara keseluruhan, desain Taman Ujung dapat dimasukkan ke dalam wacana poskolonial, karena Raja Karangasem telah berupaya untuk menunjukkan kesejajaran budaya Bali dengan budaya Barat modern melalui desain taman secara harmonis, untuk mengalirkan kemajuan yang telah dicapai budaya Barat kepada budaya Timur. Kata Kunci: Simbolik, Paviliun, Ragam hias, Hibrid, Poskolonial