FENOMENA GAYA HIDUP HEDONISME DI KALANGAN REMAJA KOTA BANDUNG

Penelitian ini berjudul “FENOMENA GAYA HIDUP HEDONISME DI KALANGAN REMAJA KOTA BANDUNG”.Penelitian ini difokuskan untuk memahami fenomena gaya hidup hedonisme pada Mahasiswa di Kota Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi fenomena gaya hidup hedonisme pada remaja dikota Bandung dilihat dari komunikasi verbal yang digunakan dalam pergaulannya dan komunikasi non verbal yang digunakan hedonisme dalam pergaulannya, serta perilaku hedonisme dilihat dari motif pergaulannya. Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan teori fenomenologi Alfred Shutz. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, studi kepustakaan, dan wawancara mendalam. Teknik analisis data pada penelitian kualitatif ini dilakukan beberapa tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa perilaku komunikasi yang dilakukan oleh remaja hedonismedapat dilihat dari komunikasi verbal, nonverbal serta perilakunya.Pada komunikasi verbal peneliti menyajikan pembahasan yang terdapat istilah-istilah verbal yang mereka gunakan pada saat berinteraksi dengan lingkungan pergaulannya yaitu disaat kelompok hedonisme berkumpul. Pada komunikasi nonverbal peneliti melihat bahwa ada yang berbeda dari penampilan mereka, serta mereka memiliki gestur khusus yang mereka gunakan untuk menarik perhatian. Lalu pada perilaku, motif pergaulan remaja hedonisme , karena latar belakang kehidupan sehingga mereka menjadi kalangan sosialita, faktor-faktor yang mempengaruhi dirinya menjadi hedonisme yaitu faktor keluarga dan lingkungan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perilaku komunikasi yang dilakukan oleh hedonisme adalah perilaku yang tidak biasa. Hal tersebut dibentuk oleh beberapa faktor. Faktor peran orang tua sangat memiliki andil yang sangat besar. Akhirnya peneliti menyarankan peran orang tua diharapkan dapat menjadi pemberi utama pilar kasih sayang dalam mendidik seorang anak. Sebisa mungkin orang tua dan anak itu saling terbuka, sehingga semenjak dini pola pikir anak terhadap orang tua dan lingkungan sekitarnya menjadi baik