PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data-data baik itu data primer maupun data sekunder. Dengan adanya data-data tersebut, maka dapat memberikan gambaran mengenai alasan Pengadilan Agama Klaten memutus perkara cerai gugat dengan putusan Fasakh. Selain itu, dapat mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan dengan dijatuhkannya dalam perkara cerai gugat karena murtadnya suami. Sehingga pada akhirnya dapat diketahui pemecahannya dan dapat ditentukan hasil akhir penelitian tersebut. Penulis melakukan penelitian tersebut di Pengadilan Agama Klaten guna memperoleh data-data yang dilakukan dengan cara wawancara dan mempelajari buku-buku kepustakaan, arsip, peraturan perundang undangan yang kemudian data-data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Suatu perkawinan putus dengan sendirinya secara syari’i sehingga tanpa adanya perceraian terlebih dahulu apabila salah satu dari suami istri itu keluar dari agama Islam (murtad) dan secara formil suami istri tersebut bercerai ketika telah ada putusan dari Pengadilan Agama. Perkawinan yang telah diputus fasakh mengakibatkan antara suami istri tersebut tidak boleh rujuk kembali meskipun istri masih dalam masa ‘iddah, sehingga apabila suami menghendaki rujuk maka harus dengan akad nikah baru dan harus kembali ke agama Islam serta telah habis masa ‘iddah istri. Dalam hal hadhonah bagi perkawinan yang telah diputus fasakh, maka hadhonah itu diberikan pada ibu, sehingga apabila bapak menginginkan untuk mengasuh maka pengadilan akan menolak karena ditakutkan pada nantinya akan dimurtadkan