KLAIM TERITORIAL CHINA DI PERAIRAN LAUT CHINA SELATAN DAN RESPON FILIPINA (ANALISA STRATEGI FILIPINA SEBAGAI RESPON ATAS KLAIM CHINA DI LAUT CHINA SELATAN)

ABSTRAK Sengketa yang terjadi di Laut China Selatan sangatlah kompleks karena adanya tumpang tindih klaim antar negara pengklaim. Tumpang tindih ini terjadi karena wilayah perbatasan teritorial satu negara pengklaim bertindih dengan negara lain. Saat ini terdapat dua sengketa di kawasan Laut China Selatan, yaitu sengketa teritorial kawasan Kepulauan Paracel, dan Spratly, perseteruan China dan Filipina terjadi di Kepulauan Spratly. Negara-negara tersebut memiliki dasar tersendiri untuk mengklaim kawasan ini masuk sebagai bagian dari teritori mereka, klaim China di Kepulauan Spratly didasari atas alasan historis sedangkan klaim Filipina berdasarkan prinsip landas kontinental atau ZEE sesuai dengan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS). Dalam kerangka pemikiran, premis mayor yang digunakan peneliti adalah hubungan internasional, politik luar negeri, geopolitik, dan kedaulatan teritorial. Sedangkan premis minor peneliti yaitu, klaim China, kebijakan luar negeri Filipina, dan Balance Of Threat. Berdasarkan premis mayor dan minor yang peneliti gunakan dalam kerangka pemikiran maka peneliti mengambil hipotesis : “Jika China bersikeras mempertahankan klaim nya di Laut China Selatan maka respon Filipina adalah dengan mengadukan China ke Mahkamah Arbitrase dan menghindari konflik militer secara langsung serta memperkuat aliansi militer dengan negara lain.” Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana respon Filipina terhadap klaim teritorial China di kawasan laut China Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan metode historis, dimana penelitian ini difokuskan pada respon Filipina terhadap klaim territorial China di Laut China Selatan. Kata Kunci: LAUT CHINA SELATAN, KLAIM CHINA, RESPON FILIPINA, UNCLOS, BALANCE OF THREAT. ABSTRACT Dispute in the South China Sea is very complex because of their overlapping claims among claimant countries. This happens because the overlapping territorial border regions of the country claimants overlapping with other countries. Currently there are two disputes in the South China Sea area, namely territorial disputes Paracel Islands area, and the Spratlys, China and the Philippines dispute occurred in the Spratly Islands. These countries have a different basis to claim the region entered as part of their territory, China claims in the Spratly Islands is based on historical reasons while the Philippines claims is based on the principle of the continental shelf or EEZ in accordance with the UN Convention on the Law of the Sea (UNCLOS). In the framework, the researchers used the major premise are international relations, foreign policy, geopolitics, and territorial sovereignty. While the minor premise of researchers using China's claim, Philippine foreign policy, and Balance Of Threat. Based on major and minor premise that researchers use the framework, the researcher took the hypothesis: "If China insists on maintaining their claim in the South China Sea, the response of the Philippines is to denounce China to the Court of Arbitration and avoid military conflict directly and strengthen military alliances with other countries ." The purpose of this study was to determine how the response of the Philippines against China's territorial claims in the South China sea region. This study uses descriptive and historical method, where the research was focused on the response of the Philippines against China's territorial claims in the South China Sea. Keywords: SOUTH CHINA SEA, CLAIMS CHINA, RESPONSE OF THE PHILIPPINES, UNCLOS, BALANCE OF THREAT