PEMBERDAYAAN PEREMPUAN BERBASIS EKONOMI KREATIF DI BANK SAMPAH SUROLARAS, SURONATAN, NOTOPRAJAN, NGAMPILAN YOGYAKARTA

Perubahan menuju kualitas hidup yang lebih menurut manusia dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya ialah pembangunan. pembangunan mengakibatkan perubahan lingkungan dan berpeluang dalam produksi limbah.Dalam negara berkembang, perempuan adalah pihak yang dirugikan karena ketergantunganya terhadap alam. Merebaknya pembangunan perlu dibarengi dengan penanganan limbah yang dihasilkan dari pembangunan. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan proses pemberdayaan perempuan dan dampak sosial budaya “rewang” di Bank Sampah Surolaras Kota Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan untuk penentuan informan digunakan pusposive sampling, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara. Data akan dilihat validitasnya dengan teknik tiangulasi data, sedangkan analisa data melalui tiga proses yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian, menunjukan proses pemberdayaan yang dilakukan meliputi tiga tahapan yaitu pertama, sosialisasi untuk menyadarkan peran perempuan dan menjelaskan pemberdayaan yang ada di bank sampah Surolaras. Kedua,pelatihan anggota, terbagi menjadi pelatihan menabung dan pelatihan keterampilan, pelatihan menabung lebih diminati oleh anggota daripada pelatihan keterampilan, karena menurut anggota Bank Sampah Surolaras, kegiatan menabung lebih menguntungkan daripada ketrampilan.Ketiga, pemberian modal dan kesempatan kepada anggota, modal yang diberikan kepada anggota berupa bahan sampah untuk pembuatan kerajinan dan peralatan pendukung lainya. Sedangkan, kesempatan yang diberikan berupa kesempatan menggikuti pameran untuk penjualan produk.Adapun perkembangan anggota Bank Sampah Surolaras, padatahun 2012 hanya perempuan, namun pada tahun 2015 berkembang ke ranah perkumpulan bapak-bapak. Kegiatan pemberdayaan Bank Sampah Surolaras ini membuat perempuan Suronatan memiliki intensitas ketemu yang lebih sering, sehingga dapatmemperathubungan antar sesama perempuan di Suronatan dan membuat tradisi “rewang” tetap terjaga