PERBEDAAN PENAMBAHAN KINESIOTAPING PADA\ud ACTIVE ISOLATED STRETCHING\ud TERHADAP KECEPATAN LARI PEMAIN FUTSAL\ud DENGAN MYOFASCIAL GASTROCNEMIUS\ud DI KALIURANG SLEMAN YOGYAKARTA

Latar Belakang: Syndroma Myofascial memiliki prevalensi tinggi mulai dari 30%\ud hingga 83% di klinik khusus manajemen nyeri. Pada saat sedang berolahraga sering\ud kita jumpai cidera pada atlet termasuk pada atlet futsal, banyak cidera timbul yang\ud disebabkan karena trauma atau repetitive motion yang menyebabkan fatique pada\ud otot tertentu seperti myofascial gastrocnemius. Tujuan: Penelitian ini untuk\ud mengetahui pengaruh perbedaan penambahan kinesiotaping pada active isolated\ud stretching terhadap kecepatan lari pemain futsal dengan myofascial gastrocnemius di\ud kaliurang sleman yogyakarta. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah\ud ekperimental pre test and post test two group design, dengan teknik pengambilan\ud sampel simple random sampling. Sampel pada penelitian ini klub futsal Pondok\ud Keluarga Kaliurang, Yogyakarta yang berusia 19-24 tahun berdasarkan rumus\ud populasi didapatkan 10 orang untuk kelompok perlakuan active isolated stretching\ud dan 10 orang untuk kelompok penambahan kinesiotaping dalam active isolated\ud stretching. Intervensi dilakukan selama 3 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu.\ud Alat ukur pada penelitian ini adalah lari sprint 35 meter. Uji normalitas dengan\ud Shapiro wilk test dan uji hipotesis dengan Independent sample t-test. Hasil: Hasil uji\ud hipotesis menggunakan Independent sample T-test diperoleh p = 0,046 (p < 0,05).\ud Kesimpulan: Ada pengaruh perbedaan penambahan kinesiotaping pada active\ud isolated stretching terhadap kecepatan lari pemain futsal dengan myofascial\ud gastrocnemius di kaliurang sleman yogyakarta. Saran: saran untuk peneliti\ud selanjutnya agar dapat mengontrol pemakaian kinesiotaping terhadap sampel