Analisis Biaya dan Pendapatan Peternak Ayam Broiler Pola Kemitraan di Kecamatan Gunungpati dan Kecamatan Mijen Kota Semarang (The Analysis of Cost and Income Broiler Breeders Partnership Pattern in Gunungpati Subdistrict and Mijen Subdistrict of Semarang City)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan biaya dan pendapatan yang diterima oleh peternak ayam broiler yang berada di Kota Semarang dan mengetahui perbedaan pendapatan peternak ayam pada masingmasing wilayah. Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Februari 2015 di Kecamatan Gunung Pati dan Kecamatan Mijen. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Metode penentuan responden adalah metode sensus dimana semua anggota populasi diambil sebagai responden. Penentuan lokasi dilakukan dengan pertimbangan tertentu yaitu peternak di Kota Semarang yang tersebar di Kecamatan Gunung Pati dan Kecamatan Mijen. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi (pengamatan langsung pada obyek) dan wawancara berdasarkan kuisioner. Data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. Data yang telah terkumpul selanjutnya ditabulasi dan analisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Metode analisis data menggunakan uji beda t-test independent sample. Hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Rata-rata biaya peternak ayam broiler di Kecamatan Gunungpati Rp 198.003.520,04 dan di Kecamatan Mijen Rp 183.488.974,87, 2) Rata-rata pendapatan peternak ayam broiler di Kecamatan Gunungpati Rp 14.422.095 dan di Kecamatan Mijen Rp 17.209.832, 3) tidak terdapat perbedaan biaya peternak antara Kecamatan Gunungpati dan Kecamatan Mijen dengan nilai signifikansi 0,627>0,05, 5) tidak terdapat perbedaan pendapatan antara peternak di Kecamatan Gunungpati dan Kecamatan Mijen dengan nilai signifikansi 0,653>0,005. Kesimpulan penelitian adalah jumlah peternak ayam broiler di Kecamatan gunungpati lebih banyak dibandingkan di Kecamatan Mijen, namun tidak terdapat perbedaan biaya, penerimaan dan pendapatan karena jumlah tenaga kerja yang tidak sebanding dengan jumlah populasi ternak yang menyebabkan peternak kurang mengefisiensikan biaya