Evaluasi Program Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 3 Jetis Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian: (1) konteks, (2) input, (3) proses, dan (4) produk dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP N 3 Jetis Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini termasuk jenis evaluasi menggunakan model evaluasi CIPP (context, input, process, product) yang dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam's. Evaluasi konteks meliputi tingkat kebutuhan guru Bahasa Indonesia dan dukungan lingkungan sekolah, baik fisik maupun sosial. Evaluasi input meliputi karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia, karakteristik siswa, karakteristik sarana dan prasarana. Evaluasi proses meliputi proses pelaksanaan pembelajaran, dan hambatan yang muncul ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Evaluasi produk meliputi kebermanfaatan metode kata berantai dan hasil pekerjaan siswa. Kriteria evaluasi ditetapkan berdasarkan Kepmendiknas No 129a/ U/ 2004 dan Permendikbud No 23 tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal. Pengumpulan data dilaksanakan melalui angket, observasi, dan wawancara. Sebelum digunakan angket telah dikonsultasikan kepada pakar pembelajaran Bahasa Indonesia baru dan diujicobakan kepada guru dan siswa. Hasil uji coba instrumen diolah menggunakan program SPSS 17.0 untuk menghitung nilai Kaiser Mayer Olkin (KMO) dan Barlett’s. Hasilnya menunjukkan nilai KMO dan Barlett’s diatas 0,5 dan probabilitas di bawah 0,5 sehingga instrumen ini dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada kesesuaian konteks pembelajaran Bahasa Indonesia, ditunjukkan seluruh guru Bahasa Indonesia semuanya berasal dari Strata 1 dari Perguruan Tinggi Negeri; (2) kesesuaian input dengan pembelajaran Bahasa Indonesia tampak dalam kesiapan siswa sebesar 89,7% dan guru 100% serta ketersediaan sarana dan prasara sebesar 85% dalam pembelajaran Bahasa Indonesia; (3) kesesuaian proses dapat dilihat dari aktivitas guru yang mencapai 53% dan aktivitas siswa yang mencapai 46,87% serta didukung oleh tingkat kehadiran tatap muka di atas 90%; ( 4) kesesuaian produk dapat dilihat dari skor manfaat sebesar 58,33% bagi guru dan 38,1% bagi siswa