AL ANASIR AL SIKOLOGIYYAH LI AL SHAKHSI RAISIY FI AL ZILLI AL ASWAD LI NAJIB KAYLANIY (DIRASAH TAHLILIYYAH NAFSIYYAH INDA SIGMUND FREUD)

Skripsi ini berjudul “Al-„Anashir as-Sikulujiyyah li asy-Syakhshi ar-Ra‟isi Fi Riwayah “Adh-Dzillu al-Aswad” Li Najib Kilani”. Novel yang berjudul “Adh – Dzillu” al-Aswad karya Najib Al Kailani ini kaya dengan permasalahan kejiwaan yang dialami oleh tokoh utama, yaitu tokoh “Iyasu”. Skripsi ini membahas tentang bagaimana gejolak jiwa yang dialami oleh tokoh “Iyasu” dan bagaimana mekanisme pertahanan tokoh yang dilakukan oleh tokoh “Iyasu” dalam mengatasi gejolak jiwanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap unsur-unsur psikologis tokoh utama pada novel yang berjudul Novel “Adh – Dzillu” al-Aswad karya Najib Al Kailani Dalam mengkaji dan menganalisis novel “Adh – Dzillu” al-Aswad karya Najib Al Kailani ini, penulis menggunakan analisis teori psikologi Sigmund Freud yang terdiri dari tiga unsur kepribadian manusia yaitu id, ego, dan superego. Analisis novel “Adh – Dzillu” al-Aswad karya Najib Al Kailani ini, dilakukan dengan memberikan perhatian pada masalah kejiwaan para tokoh fiksional yang terkandung dalam karya sastra. Dalam hal ini, peneliti hanya akan menganalisis masalah kejiwaan tokoh utama dalam Novel “Adh – Dzillu” al-Aswad karya Najib Al kailani. Setelah melihat permasalahan psikologis tokoh “Iyasu” dapat dilihat bahwa komponen kepribadian yang mula-mula dominan dalam dirinya adalah komponen id. Kemudian ditengah perjalanan hidupnya komponen id, ego, dan superego dalam dirinya bergerak saling melengkapi sehingga terjadi keharmonian antara ketiga struktur kepribadian tersebut, yang dapat menyeimbangkan kepribadian dalam hidupnya. Akan tetapi, komponen kepribadian yang mendominasi sebagian besar kehidupan tokoh “Iyasu” pada akhir cerita adalah superego karena dia hidup sebagai orang kaisar yang terus berjuang membela rakyatnya dan berpegang teguh pada keyakinannya. Karena superego lebih dominan, kehidupannya menjadi tidak seimbang, sehingga banyak gejolak kejiwaan yang dia alami dan membawanya pada kematian sebagai akhir dari perjalanan hidupnya. Tokoh utama Iyasu menyelesaikan permasalahan psikologisnya dengan beberapa cara, yaitu: Penolakan (Escaping-Avoiding) yakni tidak mau menemui Kardinal Matheus, Berpindah-pindah tempat (Represi- Nomadisme) yakni dengan pergi melakukan lawatan panjang untuk mengelilingi negeri, Projeksi (Projection) dengan mengumumkan mengenai keislamannya walaupun harga yang harus ditebus adalah mengorbankan singgasana dan kehidupannya, Pemindahan (Displacement) dengan cara menghilangkan penyelewengan dan sifat buruk beberapa petingginya, Penahanan diri (Ego Restriction) dengan cara berdiam diri di kamar menunggu istrinya pulang, Reaksi Agresi (Agressive Reactions) dengan tidak mau tidur satu kamar dengan istrinya, Introyeksi (Introjections) dengan bentuk peminangan yang dilakukan tokoh “Iyasu” terhadap kekasihnya putri Raja Harara, Penerimaan realita (Intellectualization) dengan mengikuti ajakan dari pengantar makanan untuk melarikan diri dari dalam penjara