Sandiwara Jagad Manusia Dalam Penciptaan Seni Lukis

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya di atas, mulai dari latar belakang penciptaan, konsep penciptaan, dan konsep perwujudan dapat ditarik kesimpulan bahwa, berawal dari pengamatan seniman terhadap lingkungan sekitar serta adanya proses cipta, rasa dan karsa yang bertolak dari sebuah rangsangan visual maupun gejala batin yang di rasakan merupakan gejolak ekspresi kreativitas yang diwujudkan dalam karya seni lukis. Tugas Akhir karya seni lukis yang penulis tampilkan di sini menggunakan bentuk-bentuk ketokohan dalam sandiwara drama tradisional salah satunya dari kesenian Reog Wayang. Elemen bentuk yang sudah mengalami pendefonnasian, destruksi, simplifikasi, stilisasi dan distorsi sebagai bahasa ekspresi simbol untuk menjembatani penggambaran dalam hubungan antar manusia. Dalam kehidupan manusia tokoh yang di hadirkan dalam kesenian drama/sandiwara tradisional merupakan lambang atau simbol yang banyak mengandung nilai kehidupan yang nyata, nilai-nilai dalam brmasyarakat berbudaya dan beragama. Salah satu diantaranya adalah kisah Bambangan Cakil perang antara kasatria baik Arjuna dengan kasatria buruk Cakil, dengan selalu diakhiri kematian si Cakil, dari cerita ini memiliki makna bahwa kebaikan pasti akan mengalahkan keburukan. Kemudian pada lakon Pandawa lahir. Setelah di racun oleh prabu Duryudana, Bima ditenggelamkan di dasar sungai gangga yang penuh dengan naga berbisa, namun tidak mati karena Bima juga memiliki kesaktian yang tinggi. Hikmah simbolis yang bisa di petik adalah, bahwa kesulitan yang berkali-kali menimpa seseorang akan menimbulkan kekuatan. Seseorang akan memiliki ketahanan pribadi yang kuat tatkala ia telah terbiasa mendapat ujian dan cobaan Dari salahsatu contoh penggalan cerita ini, maka penulis terinspirasi menggunakannya untuk menyampaikan gagasan dan kegelisahan terhadap tingkah laku manusia. Secara visual pada sebagian besar karya Tugas Akhir ini menggunakan tokoh cakil, dengan ciri berbadan kurus dan berperut buncit sebagai simbol dari manusia yang semakin rakus mengumbar hawa nafsu. Bentuk-bentuk yang telah mengalami pendeformasian bertujuan untuk mendukung konsep pada setiap karya, di dalam penggambaranya mencoba menampilkan komposisi yang lebih variatif namun tetap dalam pertimbangan nilai-nilai harmonisasi. Setelah semua karya terselesaikan Penulis dapat mengevaluasi pada setiap karya yang di hasilkanya memang tidak semua karya dapat berhasil maksimal, di sini Penulis merasa berhasil pada karya yang berjudul, Kamu Goblok Apa Tuli dan Upeti, meskipun masih ada beberapa karya yang lain juga dalam kategori berhasil. Pada dua karya tersebut Penulis merasa berhasil dalam menuangkan antara ungkapan perasaan dengan bentuk dan ekspresi yang digoreskan. Namun pada karya yang berjudul Canibal, penulis tidak menemukan intensitas ekspresi yang maksimal, karena setelah melalui berbagai proses tahapan karya tersebut masih menggunakan teknik yang konvesional. Sudah tentu yang dilakukan penulis ini masih jauh dari yang di harapkan untuk membuat hal yang terbaik. Sebagai karya seni yang masih mengalami proses pernbelajaran penulis menyadari sernua itu rnernerlukan rangkaian proses yang panjang, berbagai rnasukan juga kritik dari sernua pihak guna pengernbangan dan peningkatan rnutu karya seni lukis yang penulis tekuni